Pertanyaan tak Seindah PERJALANAN HIDUP, pernyataan ini cocok sekali menggambarkan betapa banyaknya pertanyaan dalam hidup kita selama ini.
Dari kecil hingga dewasa, pernahkah kalian menghitung berapa banyaknya pertanyaan dari orang lain untuk dirimu? Jika dihitung mungkin jawabnya tidak terhingga. Jika di tulis mungkin sudah bisa menjadi cetakkan buku yang berjilid – jilid bukan?
Dalam hidup kita pasti ada pertanyaan dan pernyataan orang lain yang menyenangkan, yang menjadi motivasi buat kita, untuk bahan instropeksi diri kita agar menjadi lebih baik lagi, bahkan bisa jadi malah membuat psikis kita down karena kata – kata mereka menyakitkan untuk kita dengar. Betul?
Waktu kita masih kecil, pertanyaan yang sering dilontarkan adalah kapan mulai sekolah? Jika sudah bersekolah ada pertanyaan yang dilontarkan untuk anak, rangking berapa kenaikan kelas tahun ini? Atau sudah mencapai prestasi apa saja di sekolah? Jika memang anak berprestasi disekolah, mungkin pertanyaan – pertanyaan seperti itu menyenangkan. Jika anak tersebut tidak berprestasi di bidang akademik, pernahkah para orang tua memfikirkan perasaan anak dan orang tua anak tersebut?
Menginjak remaja, pertanyaan apa yang sering kita jumpai? Apakah sudah punya pacar? Atau pernyataan seperti “Kok bergaulnya dengan si A, si B, si C sih… nggak ada temen lain yang dari background keluarga yang baik?” Nah… pernyataan – pernyataan seperti ini kadang yang rancu untuk dicerna anak muda. Apakah anak yang dibesarkan dari keluarga yang kurang baik nantinya dia akan tumbuh menjadi anak yang tidak baik juga? Baik dan tidak baik itu relative di setiap pandangan orang masing – masing. Karena anak yang dibesarkan dari keluarga yang kurang beruntung pun bisa menjadi orang yang sukses dikemudian hari.
Menginjak masa dewasa, pertanyaan apa yang kalian jumpai? Apakah “Kapan akan menikah?”. Salah satu contoh pertanyaan yang umum sekali kita dengar. Mungkin pertanyaan – pertanyaan ini sering kita jumpai saat usia mulai menginjak antara 25-30 tahun. Jika sudah usia 25-30 tahun belum punya pasangan, biasanya kita mendengar pertanyaan “Kok belum punya pacar sih.. uda waktunya nikah lho… Jangan terlalu milih, nanti nggak laku”. Terkadang terbesit di benak, maksud pertanyaan seperti ini apa yah? Apakah untuk mensuport anak? Apakah bentuk mendorong anak agar menjalani kehidupan sesuai masanya? Atau ingin bertanya dengan rasa tidak suka? Atau bahkan sekedar bertanya tanpa memikirkan perasaan anak tersebut?
Setelah menikah, pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah “Kok belum punya anak, kenapa?”. Sebenarnya ini pertanyaan yang paling sensitive dalam rumah tangga namun terkadang orang – orang yang bertanya tidak pernah berfikir jernih untuk menanyakan hal ini. Kenapa begitu? Iya… pernahkah sebelum bertanya seperti ini berfikir apakah pertanyaan saya akan menyinggung perasaan orang tersebut. Siapa yang tidak menginginkan buah hati dalam suatu pernikahan. Tapi jika Tuhan memang belum mengaruniakan buah hati, pasangan ini hanya bisa berdoa dan berserah pada-NYA.
Setelah menikah dan dikaruniai seorang bayi yang sudah dinanti, pertanyaan apa yang sering dijumpai? “Mau punya anak berapa? Anak lahir dititipkan ke nenek atau pakai bibi? Mau diberi susu formula atau pake ASI Eksklusive? Benar???? Jika benar, jawaban para ibu apa yah? Tentunya beraneka ragam jawabannya.
Dalam Rumah tangga, tentunya ada pertimbangan masing – masing untuk mengelola managemen keuangan mereka. Memang banyak anak, banyak rejeki kata para tetua kita. Tapi untuk saat ini banyak anak juga banyak materi juga yang harus kita cari demi memberikan yang terbaik untuk buah hati.
Punya buah hati itu sebuah Anugerah dan tidak boleh menyia – nyiakan. Harus diplaningkan dengan matang bagaimana merawatnya, akan diberikan susu formula atau tidak, jika pakai susu formula merknya apa dan harganya berapa harus difikirkan. Jika sang ibu bekerja akan di titipkan ke orang tua atau memakai jasa bibi, akan disekolahkan dimana sampai dia kuliah nantinya. Semua harus difikirkan dengan matang agar masa depan si anak cerah. Karena tugas orang tua adalah mendidik dan merawat anak dengan baik sampai dia menikah. Setelah menikah bukan tanggung jawab orang tua lagi. Benar?
Problem rumah tangga sebagai pasangan muda yang baru dikaruniai buah hati adalah disaat mengingingkan buah hati untuk mendapatkan ASI Eksklusif, tapi ASI si ibu tidak lancar. Tapi jangan kawatir untuk para ibu – ibu yah,,, karena sudah ada resep dari turun – temurun untuk membuat masakan dengan mengolah daun katuk sebagai ramuan agar ASI si ibu menjadi lancar. Nggak sedikit juga kaum ibu – ibu jaman now nggak mau ribet untuk ngolah daun katuk. Nggak masalah, kenapa? Kan sudah ada Pelancar ASI dari BOSSI yang aman untuk sang ibu dan buah hati.
Belum lagi jika masa menyusui buah hati, puting payudara si ibu lecet. Apa si Ibu tetap akan memberikan ASI Eksklusive atau menghentikan karena menjadi trauma? Akan menjadi satu problem lagi dalam rumah tangga kan? Jika memang terjadi luka pada putting payudara si ibu, para ibu – ibu jangan resah yah.. kan ada Nipple Cream dari BOSSI yang siap memberi kenyamanan si ibu dalam memberikan ASI Eksklusif pada buah hati.
Problem rumah tangga lain adalah kebimbangan saat sang ibu akan bekerja Kembali. Akan dirawat siapakah buah hatinya? Nenek atau bibi? Pemilihan nya pasti akan dipertimbangkan matang – matang demi kebaikan Bersama.
Dan problem berikutnya adalah Ketika sang ibu akan bekerja tapi mengingingkan buah hati untuk mendapatkan ASI Eksklusif. Tenang saja untuk para ibu di luar sana yach… kan ada Botol Kaca ASI Bossi yang siap menemani hari – hari ibu dan buah hati. Ibu cukup menyimpan ASI didalam Botol Kaca dan menyimpannya di lemari es, freezer, atau alat pendingin lainnya. Dengan begitu buah hati tetap mendapatkan ASI Eksklusif dan imunnya juga menjadi lebih kuat.
Tenang dan jangan panik untuk menghadapi pertanyaan – pertanyaan orang lain. Tetap tenang, santai, enjoy supaya hati selalu happy. Karena perjalanan hidup, indah tidaknya bukan bergantung pada kata – kata orang tapi bagaimana cara kita menyikapi dan bertindak untuk kehidupan yang lebih baik lagi.